Penentuan Pendapatan (Income Determination)

Dalam suatu perusahaan, income adalah salah satu instrumen utama yang dapat dikatakan sebagai tujuan usaha. Yang dimaksud dengan income adalah nilai entitas yang dapat kembalikan pada investor pada akhir periode, yang masih menyisakan nilai entitas dalam keadaan mampu (well-off) yang sama nilainya dengan pada awal periode. Dalam penetuan pendapatan atau income determination dapat digunakan beberapa cara seperti melalui:


1. Capital Maintenance Concept of Income Determination
a. Financial Capital Maintenance Concept
Suatu perusahaan dikatakan memiliki income ketika Net Assets end period > Net Assets beg period, atau nilai aset pada akhir periode lebih besar dari awal.

b. Physical Capital Maintenance Concept
Perusahaan dikatakan memiliki income ketika: Physical Productive Capacity end period > Physical Productive Capacity beg period atau kapasitas produksi fisik di akhir periode lebih besar dibanding pada awal periode. 

Pada konsep ini, productive assets (inventories, buildings,& equipments) dinilai dengan current cost. Sedangkan productive capital dipertahankan hanya ketika current cost dari capital assets tersebut pun dipertahankan.

Baca juga : Memahami Elemen Neraca dalam Akuntansi

2. Transaction Approach to Income Determination
Cara ini juga dikenal sebagai “matching method”. Artinya, income diukur sebagai perbedaan antara sumber arus masuk (revenues & gains) dan arus keluar (expenses & losses) dalam periode waktu tertentu.

a. Pengakuan Revenue dan Gain
Revenues & Gains secara umum diakui ketika:
  1. telah terealisasi atau dapat direalisasikan
  2. dihasilkan melalui penyelesaian substansial aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam earning process.
Secara umum, kedua kriteria ini dipenuhi pada titik penjualan (point of sale). Meskipun, masih ada juga variasi khusus terhadap aturan umum ini, yang meliputi:
  • Jika produk/ asset lain siap untuk direalisasikan karena mereka bisa dijual pada harga yang hampir pasti tanpa usaha penjualan yang signifikan. Revenue mungkin diakui ketika titik produksi diselesaikan (point of completed production). Misalnya: barang hasil pertanian serta barang tambang.
  • Jika produk/ jasa dikontrak di muka. Dalam hal ini, revenue mungkin diakui ketika produksi dilaksanakan atau jasa diberikan, tanpa harus menunggu proses produksi atau pemberian jasa selesai seutuhnya. Hal ini terutama ketika proses tersebut berlangsung lebih dari 1 tahun fiskal. Metode yang umum digunakan adalah Percentage-of-Completion dan Proportional Performance. Misalnya pada kontruksi bangunan.
  • Jika penagihan asset dianggap meragukan, maka revenue& gain mungkin diakui ketika cash diterima. Metode yang biasa dipakai adalah Installment Sales dan Recovery Method. Misalnya dalam penjualan real estate.

b. Pengakuan Expense dan Loss
  1. Direct Matching artinya menghubungkan expense dengan revenue tertentu. Contohnya COGS yang dihubungkan dengan revenue dari penjualan. Contoh lain misalnya warranty cost, bad debt losses from uncollectible receivable, dan cost of collection.
  2. Systematic and Rational Allocation artinya ketika expense-expense tertentu dibebankan dengan cara sistematis dan rasional, karena untuk menghubungkan mereka dengan revenue tertentu sangat sulit. Meski demikian, hal ini tetap dibutuhkan untuk menghasilkan revenue. Seperti contohnya beban depresiasi.
  3. Immediate Recognition artinya bila expense terjadi untuk memperoleh barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu dalam menghasilkan revenue. Misalya office salaries, utilities.

c. Perubahan Estimasi
Perubahan estimasi harus direfleksikan pada periode berjalan, dimana terjadi perubahan estimasi serta pada periode yang akan datang manakala hal ini ada pengaruhnya. Dalam kasus ini, tidak ada retroactive adjustment yang dibuat.

d. Akibat Perubahan Harga
Dalam banyak kasus, perubahan harga diakui hanya ketika terdapat indikasi adanya loss in value.